Kaum Qurais telah mengirimkan tantangan untuk bertempur di Badar kembali. Nua’im bin Mas’ud -kurir Qurais-bahkan mengabarkan hal yang menakutkan. Katanya, pihak Mekah telah menyiapkan pasukan dengan kekuatan yang tak akan terbayangkan warga Madinah.
Rasulullah saw. mengajak sahabatnya kembali mengangkat senjata. Namun mereka cuma terdiam. Melihat itu, Rasul pun bersumpah akan tetap pergi ke Badar, meskipun seorang diri. Baru setelah itu, satu per satu mereka membulatkan tekad: siap menghadapi Qurais. Rasulullah saw. menyerahkan kepemimpinan Madinah pada Abdullah bin Ubay. Beliau memimpin pasukannya ke Badar.
Di pihak Qurais, Abu Sofyan juga telah meninggalkan Mekah. Dua ribu pasukan ikut bersamanya. Namun, setelah dua hari perjalanan, Abu Sofyan membatalkan niatnya. Ia membawa pasukannya pulang ke Mekah. Pasukan Rasulullah saw. menunggu selama delapan hari sebelum kembali ke Madinah.
Perang telah terhindarkan. Namun, sebelum peristiwa itu, berbagai hal besar telah terjadi di kalangan muslim. Kehancuran dalam Tragedi Uhud telah meruntuhkan wibawa masyarakat Islam di Madinah. Musuh, yang semula sempat takut, kini bangkit mengincar kaum Muslim. Dua kakak beradik anak Khuwailid, Tulaiha dan Salama, mulai memobilisasi Bani Asad untuk menggempur Rasulullah saw.
Sebanyak 150 pasukan gerak cepat pimpinan Abu Salama bin Abdul Asad bergerak secara rahasia menggempur musuh di sarangnya. Kekuatan Bani Asad hancur total. Setelah itu, Khalid bin Sufyan di Nakhla hendak berbuat serupa. Dia mulai mengorganisasikan pasukan. Upaya Khalid terhenti setelah dia dibunuh Abdullah bin Unais di rumahnya sendiri.
Berbagai siasat lalu dirancang untuk melawan Rasulullah saw. Misalnya yang dilakukan masyarakat Huzhail. Mereka minta Rasulullah saw. agar mengirim utusan untuk mengajarkan Islam. Rasulullah saw. menugasi enam orang. Empat orang utusan Rasul itu dibantai di tengah jalan. Dua orang lainnya, Zaid dan Khubaib dijual pada orang Qurais untuk balas dendam.
Zaid sempat ditawari untuk dibebaskan asalkan bersedia membunuh Rasulullah saw. Ia menggeleng, lalu kepalanya dipenggal sebagai balasan atas kematian Umaiyah bin Khalaf di Perang Badar. Khubaib sempat minta waktu untuk salat dua rakaat sebelum disalib.
Rasulullah saw. sangat berduka. Apalagi kemudian 38 dari 40 orang pilihannya untuk berdakwah ke Najd dibantai di Bi’ir Sauna, pada 625 Masehi. Mereka ditugasi atas undangan untuk berdakwah, dan di bawah perlindungan seorang terkemuka, Abu Bara’. Kini mereka tewas. Yang selamat, Amr bin Umaiyah juga mengalami masalah karena ia keliru membunuh dua orang yang disangkanya adalah musuh.
Rasulullah saw. minta bantuan Yahudi Bani Nadzir yang terikat perjanjian dengan Islam untuk menyelesaikan salah bunuh itu. Namun beberapa orang Banu Nadzir malah berkomplot untuk membunuh Rasulullah saw. Atas provokasi Abdullah bin Ubay serta Huyay, Yahudi itu melawan. Pertempuran sempat terjadi selama 12 hari. Sebagaimana Bani Qainuqa terdahulu, Bani Nadzir pun kemudian diusir dari Madinah.
Tantangan paling serius muncul dari Ghatafan, terutama dari Bani Muharib dan Tha’laba. Rasulullah saw. dengan 400 pasukannya menyerbu mendadak. Musuh yang belum siap, melarikan diri. Dua pekan ekspedisi tersebut dilakukan. Saat itulah Rasulullah saw. memberi contoh pelaksanaan salat Khauf atau salat dalam peperangan. Sebagian terus bersujud sebagaimana biasa, sebagian lain berjaga-jaga menghadap arah musuh. Demikian dilakukan secara bergantian.
Rasulullah saw. juga membawa pasukan ekspedisi ke wilayah Utara, yakni ke daerah oase Dumat Jandal di dekat perbatasan dengan Yordania dan Irak sekarang. Tak terjadi pertempuran apapun dalam ekspedisi ini.
Namun diam-diam musuh mulai mengorganisasikan diri. Kaum Yahudi, terutama yang telah terusir dari Madinah, telah melobi hampir seluruh kabilah Arab untuk bersatu melawan Rasulullah saw. Selain orang-orang Qurais Mekah, Bani Qais, Ailan, Fazara, Asyja, Sulaim, Sa’ad serta Asad telah mengumpulkan kekuatan untuk bersama-sama menggempur Madinah.
0 komentar:
Posting Komentar