Kamis, 13 September 2012

Biography Nabi Muhammad SAW : 12. Perang Uhud



Rasulullah saw. terus bekerja keras untuk menata masyarakat. Kehidupan umat Islam di Madinah semakin baik. Setelah menang di Perang Badar, mereka makin disegani kabilah-kabilah Arab. Perdagangan maupun pertanian berjalan lancar. Rongrongan Yahudi, untuk sementara, telah diatasi. Hal itu memudahkan Rasulullah saw. untuk menyeru masyarakat untuk berperilaku lebih baik. Seruan yang bergema sampai sekarang, bahkan masa mendatang.
Suasana damai tersebut bukan tanpa ancaman. Di Mekah, kaum Qurais menggalang kekuatan besar. Bagi mereka, kuatnya muslim adalah duri yang harus disingkirkan. Apalagi, Madinah berada di tengah jalur perdagangan Mekah-Syam. Maka, Abu Sofyan menggalang kekuatan 3000 orang, termasuk 100 orang asal Thaqif. Sekitar 700 orang diantarany mengenakan baju besi, dan 200 orang pasukan berkuda. Sebanyak 3000 unta mendukung serangan itu.
Rasulullah saw. dan masyarakat Muslim tak tahu rencana itu. Sampai kemudian Rasulullah saw. menerima surat dari pamannya yang masih kafir, Abbas bin Abdul Muthalib, yang membocorkan rencana tersebut. Orang dari Ghifar yang menjadi kurir Abbas menemui Rasulullah saw. di Masjid Quba. Ubay bin Ka’b diminta Rasulullah saw. membaca surat itu. Mereka kemudian kembali Madinah, membahas ancaman Qurais. Anas dan Mu’nis anak Fudzala yang diminta menyelidiki keadaan, melaporkan bahwa musuh telah berada di sekitar Uhud, pinggiran kota Madinah.
Musyawarah pun berlangsung. Rasulullah saw. cenderung untuk bertahan di Madinah. Demikian pula para orang-orang tua asli Madinah, apalagi orang-orang Yahudi. Namun para anak muda –terutama yang belum ikut Perang Badar-mendesak agar mereka menyongsong musuh. Suara terbanyak menghendaki itu. Rasulullah saw. pun mengalah pada keinginan demokratis tersebut.
Hari itu hari Jumat. Rasulullah saw. mengimami salat Jumat, kemudian kembali ke kamarnya. Abu Bakardan Umar menyusul masuk, membantu Rasulullah saw. mengenakan sorban dan baju besinya. Rasulullah saat itu berusia sekitar 58 tahun. Ia memimpin sendiri pasukannya yang berkekuatan 700-an orang. Mereka segera menuju bukit Uhud. Sebanyak 50 orang ditugasi Rasulullah saw. untuk menjadi pemanah. Mereka harus menempati posisi di lereng bukit, tanpa boleh pergi, kecuali diperintahkan Rasulullah saw.
Kaum Yahudi juga telah menyiapkan pasukan. Rasulullah saw. melarang pasukannya, “minta pertolongan orang musrik untuk melawan orang musrik.” Benar, pasukan Yahudi -yang semestinya juga harus ikut mempertahankan Madinah-membubarkan diri.
Malam itu, mereka bersiaga di lereng-lereng Uhud. Rasulullah saw. pun menyerahkan pedangnya pada Abu Dujana. Pagi hari tanggal 15 Syawal, tahun kelima Hijriah, darah mulai tumpah setelah Ali berduel dengan komandan pasukan Qurais, Talhah anak Abu Talhah. Talhah tewas seketika. Selanjutnya, Ali, Hamzah dan Abu Dudjana terus berkelebat tak tertahankan. Pedang Rasulullah saw. menghantam orang-orang Qurais. Bahkan sudah di atas kepala Hindun, namun Abu Dudjana mengurungkan. Ia mengaku tak tega membunuh perempuan, meskipun perempuan itulah yang telah mengobarkan perang.
Hindun memimpin barisan perempuan yang membawa tambur dan bersorak-sorai menyemangati kaum Qurais. Mereka meneriakkan syair-syarir. Antara lain, yang dikutip Haekal, “Kamu maju, kami peluk dan kami hamparkan kasur yang empuk; atau kamu mundur kita berpisah. Berpisah tanpa cinta.”
Keputusan Abu Dudjana keliru. Hindun ternyata mengorganisasikan para budak, termasuk Wahsyi -budaknya asal Ethiopia. Bila berhasil membunuh Hamzah yang telah menewaskan ayah Hindun di Perang Badar, mereka akan dimerdekakan dari perbudakan. Wahsyi berhasil menghunjamkan tombaknya menembus perut bagian bawah. Tombak terus menancap sampai paman Nabi itu wafat. Diriwayatkan, Hindun kemudian membelah dada Hamzah dan memakan jantungnya dan memuntahkannya kembali.
Bayang-bayang Perang Badar seperti kembali terlihat, pagi itu. Kaum Qurais mulai kalang-kabut meninggalkan arena. Orang-orang Islam mengejar-kejar mereka. Namun kemudian mereka tergoda oleh harta jarahan. Mereka segera berebut harta yang ditinggalkan orang-orang Qurais. Para pemanah di puncak-puncak bukit pun berlarian mengejar barang jarahan. Abdullah bin Juzair mengingatkan mereka untuk tidak meninggalkan pos, namun mereka tak peduli.
Di saat demikian, pasukan berkuda Qurais pimpinan Khalid bin Walid memutar bukit melakukan serangan balik. Pasukan muslim yang tak lagi bersiaga kocar-kacir. Korban berjatuhan. Rasulullah saw. terdesak hingga mundur ke puncak bukit. Beliau sempat terperosok ke dalam lubang jebakan, namun diselamatkan Ali serta Talhah bin Ubaidillah. Tokoh Qurais, Uthba bin Abi Waqas, melemparkan batu ke muka Rasulullah saw. Dua keping lingkaran topi baja terputus dan menyobek pipi serta bibir Rasulullah saw. Wajah Rasulullah saw. pun berdarah-darah.
Panah terus menghujani Rasulullah saw. Namun Abu Dudjana menggunakan punggungnya sebagai perisai untuk melindungi Rasulullah saw. itu. Saad bin Abu Waqas membalas serangan panah tersebut. Rasulullah saw. ikut menyiapkan anak panah bagi Saad. Tak lama setelah itu, kabar kematian Rasulullah saw. pun menyebar. Kaum Qurais bersorak-sorai.
Dalam keadaan letih mereka pun meninggalkan Uhud untuk kembali ke Mekah. Abu Bakar dan Umar yang tak mengetahui keberadaan Rasulullah saw. tertunduk lesu. Anas bin Nadzr, yang juga menyangka Rasulullah saw. meninggal, kemudian mengamuk. Ia menyerang Qurais habis-habisan sampai tubuhnya hancur nyaris tanpa dapat dikenali lagi.
Namun, masih ada satu dua Qurais yang memburu Rasulullah saw. Ubay bin Khalaf berhasil menemukan tempat istirahat Rasulullah saw. Ubay belum sempat mengayunkan pedang tatkala Rasulullah saw. berhasil menyambar tombak Harith anak Shimma, dan menghunjamkannya.
Ali kemudian membasuh muka Rasulullah saw. yang berdarah-darah. Abu Ubaida mencabut pecahan besi yang menembus wajah Rasulullah saw. dengan gigi depannya  sehingga dua giginya tanggal. Mereka semua kemudian salat dzuhur berjamaah sambil duduk. Rasulullah saw. menjadi imamnya. Senja hari, mereka tertatih-tatih menuruni bukit, menghampiri satu demi satu kaum Muslimin yang menjadi korban, lalu memakamkan mereka. Ada 70 orang telah syahid.
Rasulullah saw. dan pasukannya kembali ke kota Medinah dengan suasana pilu. Kaum Yahudi menyaksikan mereka dari balik jendela rumah masing-masing. Senyum mengembang di bibir para Yahudi itu. Namun, mereka keliru bila menyangka semangat Muslimin telah runtuh. Esok paginya, Rasulullah saw. mengerahkan pasukan mengejar pasukan Qurais. Mereka menunggu tiga hari dan menyalakan api unggun sekiranya kaum Qurais berani bertempur. Abu Sofyan, yang telah letih berperang, memerintahkan pasukannya untuk terus pulang ke Mekah.

sumber  : http://www.abdulkarimkhiaratullah.com

Artikel Terkait Lainnya :

CINTA RASUL
SEJARAH ISLAM


0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Justin Bieber, Gold Price in India