Kamis, 13 September 2012

Biography Nabi Muhammad SAW : 6. Awal Dakwah Nabi Muhammad SAW



Nabi Muhammad saw. tertidur pulas. Saat itu, Khadijah keluar rumah menemui besannya, Waraqah bin Naufal, seorang pemeluk Nasrani yang saleh. Diceritakannya peristiwa yang dialami Nabi Muhammad saw. di Gua Hira. Waraqah membesarkan hati Khadijah. Ia meyakini peristiwa itu adalah pengangkatan Nabi Muhammad saw. sebagai Rasul. Sementara itu, dalam tidurnya, Nabi Muhammad saw. kembali menggigil. Jibril datang menyampaikan wahyu berikutnya. “Wahai yang berselimut. Bangunlah dan sampaikan peringatan. Agungkan Tuhanmu, sucikan pakaianmu, dan hindarkan darimu dosa. Janganlah kau memberi karena ingin menerima lebih banyak. Demi Tuhanmu, tabahkan hatimu.” (QS. al-Muddasir: 1-7)
Nabi Muhammad saw. terbangun gelisah. Khadijah terus menenteramkannya. Saat itu Nabi Muhammad saw., sempat gamang. Namun keyakinan Nabi Muhammad saw. menguat setelah ia—ketika hendak mengelilingi Ka’bah—bertemu Waraqah.
Saat itu Waraqah meyakinkannya. “Demi Dia yang memegang hidup Waraqah. Engkau adalah Nabi atas umat ini. Engkau telah menerima Namus Besar seperti yang telah diberikan pada Musa. Kau pasti akan diperangi oleh kaummu. Kalau sampai waktu itu aku masih hidup, pasti aku akan membela yang di pihak Allah dengan pembelaaan yang sudah diketahuinya.”
Untuk beberapa lama, malaikat tak lagi datang. Nabi Muhammad saw. teramat gundah. Beliau khawatir Tuhan meninggalkannya atau malah membencinya. Beliau sempat berpikir untuk menjatuhkan diri dari Gua Hira atau dari puncak bukit Abu Qubais. Tapi tidak jadi. Di tengah kegelisahan beliau, turunlah firman Allah swt. yang menegaskan bahwa “Tuhanmu tidak meninggalkanmu, juga tidak membenci..” (QS.  adh-Dhuha)
Nabi Muhammad saw. kemudian diajari cara salat. Beliau selalu mempraktekkannya bersama Khadijah.Ali yang ketika itu masih kecil yang tinggal bersama mereka pun ikut serta. Demikian pula Zaid bin Haritsah. Zaid adalah seorang anak yang diculik dari keluarganya dan dijual sebagai budak. Keluarga Nabi Muhammad saw. membelinya, lalu mengangkatnya sebagai anak, sehingga sempat disebut Zaid bin Muhammad.
Merekalah orang-orang pertama yang meninggalkan berhala untuk menyembah hanya pada Allah swt. Sama seperti Isa, Musa, Ibrahim dan para Nabi lain. Kabar itu sampai pada Abu Bakar -sahabat Nabi Muhammad saw. pemuka Kaum Taim. Abu Bakar mengenal Nabi Muhammad saw. sebagai seorang lurus, maka ia segera menganut Islam. Abu Bakar bahkan dapat mengajak beberapa orang lainnya untuk mengikuti Nabi Muhammad saw.
Di antara para sahabat itu adalah Usman bin AffanAbdurrahman bin Auf, Talhah bin Ubaidillah jugaZubair bin Awwam. Melalui Abu Bakar, Saad bin Abi Waqas -keluarga Nabi Muhammad saw. dari garis Aminah (ibu beliau)-juga memeluk Islam. Demikian pula Bilal, seorang asal Ethiopia yang menjadi budak Umaiyah.
Saat itu, warga Mekah tidak banyak mempersoalkannya. Mereka menganggap Nabi Muhammad saw. tak lebih dari seorang pendeta biasa sebagaimana Waraqah. Perselisihan baru muncul tiga tahun setelah masa kenabian. Allah memerintahkan Nabi Muhammad saw. untuk tidak lagi sembunyi-sembunyi dalam beragama dengan menyeru keluarga terdekat. (Qur’an Surat 26: 214-216).
Nabi Muhammad saw. kemudian mengundang keluarga dekatnya, Bani Hasyim untuk makan di rumahnya, lalu mengajak mereka menyembah Allah. Namun Abu Jahal menghentikan pembicaraan itu.
Esok harinya, Nabi Muhammad saw. kembali mengundang lalu menyeru mereka. Sekali lagi, kerabat Nabi Muhammad saw. itu hendak pergi. Saat itu Ali, yang masih anak-anak, berdiri dan mengatakan, “Rasulullah, saya akan membantumu. Saya adalah lawan siapa saja musuhmu.” Seluruh yang hadir terbahak. Mereka menertawakan Nabi Muhammad saw., Ali serta Abu Thalib -ayah Ali.
Diriwayatkan pula saat itu Nabi Muhammad saw. menyatakan pembelaannya terhadap Ali dengan istilah bahwa Ali adalah pewarisnya, dirinya adalah pewaris Ali. Kelak, hal ini yang dipakai dasar pihak yang mengagung-agungkan Ali mengatakan bahwa Ali adalah satu-satunya pewaris untuk menjadi pemimpin umat sepeninggal Nabi Muhammad saw. Suatu persoalan yang bakal melahirkan pertikaian besar antar umat Islam.
Nabi Muhammad saw. juga melakukan dakwah terbuka, yakni di bukit Shafa yang kini menjadi bagian dari Masjidil Haram. “Hai orang-orang Qurais,” seru Nabi Muhammad saw. dari puncak bukit itu. Orang-orang pun berdatangan. “Kalau kuberi tahu bahwa di belakang bukit ini terdapat pasukan berkuda, percayakah kalian?”
“Ya,” sahut mereka. “Kami tak pernah meragukan kejujuranmu. Kami belum pernah mendengar engkau berdusta” Beliau kemudian berkata, “Kalian kuperingatkan sebelum menghadapi siksa pedih, hai Bani Abdul Muthalib, Bani Abdul Manaf, Bani Zuhra, Bani Makhzum dan Bani Asad. Allah memerintahkan aku menyampaikan peringatan pada keluarga-keluargaku terdekat. Aku tidak dapat memberi keuntungan apapun pada kalian baik di dunia maupun akhirat kecuali kalian mengikrarkan ‘La ilaha illallah’ (tiada tuhan selain Allah)”.
Seorang berpostur gemuk yang juga paman Nabi Muhammad saw., Abu Lahab menawab. “Celakah engkau Muhammad. Hanya untuk ini kau kumpulkan kami.” Allah lalu menurunkan Surat al-Lahab, atas perilakunya tersebut.
Nabi Muhammad saw. terus menebar dakwah. Beliau bukan saja menyeru untuk meninggalkan berhala, namun juga berbuat baik pada sesama, hidup berkasih sayang, tidak berlomba-lomba menumpuk harta. Pengaruh Nabi Muhammad saw. semakin meluas. Hal tersebut meresahkan para pemuka Quraisy. Mulailah perseteruan terjadi. Mula-mula mereka menyerang Nabi Muhammad saw. dengan syair yang mengejek. Juga menuntut Nabi Muhammad saw. untuk menunjukkan mukjizat.
Setelah Nabi Muhammad saw. secara terbuka mengritik patung-patung sembahan di sekitar Ka’bah, mereka mendesak Abu Thalib untuk tidak melindungi Nabi Muhammad saw. Sepuluh orang ditugasi membawa misi tersebut. Mereka adalah Abu Sufyan bin Harb, Uthbah dan Syaibah bin Rabi’ah, Nubaih dan Munabbih bin Hajjaj, Ash bin Wail, Walid bin Mughirah, Abu Bakhtarif, Jawad bin Muthalib serta Abu Jahal bin Hisyam.
Beberapa kali kaum kafir mendesak Abu Thalib. Mereka bahkan menawarkan seorang pemuda tampan, Umara bin Walid agar dipungut sebagai anak Abu Thalib asalkan Nabi Muhammad saw. diserahkan kepada mereka. Abu Thalib menolak permintaan itu. Namun ia menyampaikan pula desakan para tokoh Qurais itu pada Nabi Muhammad saw.
Nabi Muhammad saw. kukuh pada sikapnya. “Paman, demi Allah, sekiranya mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan rembulan di tangan kiriku agar aku meninggalkan tugas ini, sungguh tak akan kulakukan sampai Allah membuktikan kemenangan itu di tanganku atau aku mati karenanya.”
sumber :abdulkarimkhiaratullah.com

Artikel Terkait Lainnya :



0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Justin Bieber, Gold Price in India