Jumat, 15 Januari 2010

Jalan Menuju Syurga



Jika direnungkan mulai dari prinsip-prinsip sampai tujuannya, maka ibadah itu ibarat sebuah jalan di gunung yang sulit ditempuh, penuh dengan rintangan, bencana, berjarak jauh, banyak musuh dan penghalang dan sedikit yang mengikutinya.

Mula-mula orang yang melakukan perjalanan ibadah itu seperti dalam firman Allah:
“Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya” (QS. Az-Zumar:22)

Yaitu kesadaran bahwa ternyata dirinya adalah seorang hamba yang diberi nikmat oleh Dzat yang memberi nikmat yang menuntut agar bersyukur dan berkhidmat kepada-Nya.
Jika lalai Tuhan akan mencabut nikmat itu dari dirinya dan menggantinya dengan siksa.
Dia juga telah dikirimi seorang utusan lengkap dengan mukjizatnya, yang mengabarkan bahwa dirinya mempunyai Tuhan Yang Maha Kuasa, Maha Mengetahui, Maha Pengampun. Saat itulah ia terdorong untuk beribadah kepada Tuhan pemberi nikmat. Tuhan yang memiliki janji dan ancaman, tapi ia tidak tahu caranya maka ia belajar syariat.

Ketika hendak memulai ibadah, tiba-tiba terlintas bahwa ia hamba penuh dosa. Maka ia bertobat. Berhasil dalam pertobatan, ia akan melanjutkan perjalanan ibadah lagi.

Tiba-tiba ia melihat disekitarnya ada penghalang yang akan menjauhkannya dari tujuan perjalanannya, yaitu dunia, manusia, syetan dan nafsu untuk mengatasinya dia harus Zuhud dari dunia, uslah dari manusia, memerangi syetan dan hawa nafsu. Nafsu inilah yang paling berat, maka yang dibutuhkan adalah taqwa.

Berjalan lagi, tapi segera ditentang oleh 4 hal agar tidak sampai pada tujuan.
Pertama, rizki yang dituntut oleh nafsu dengan mengatakan “aku disuruh zuhud, bagaimana aku bisa kuat ibadah kalau rezekiku begini?
Kedua, kekhawatiran terhadap sesuatu yang belum diketahui sehingga hatinya disibukkan oleh hal itu.
Ketiga, musibah musibah yang menimpa dirinya
Keempat, ketentuan Allah.
Untuk dapat meneruskan perjalanan ibadahnya dia harus tawakal, menyerahkan segala urusan kepada Allah, sabar ketika tertimpa musibah, dan menerima (ridha) terhadap semua ketentuan Allah.

Setelah berhasil mengatasi keempat macam penentang tadi, ia mulai menapaki jalan ibadah lagi. Nafsu itu malas, tak mendorong, selalu condong kepada kejelekan.
Agar dapat meneruskan perjalanannya, ia membutuhkan sopir yang akan menyemangati dirinya, sopir itu adalah perasaan harap-harap cemas dan takut ( raja’ dan khauf).

Berkat perasaan harap-harap cemas yang sudah dimilikinya itu, ia mulai menegakkan lagi perjalanan ibadahnya, tapi ketika itu dua bencana sudah tampak lagi yaitu perasaan ingin dilihat orang (riya’) dan perasaan senang ketika dilihat orang (ujub). Maka perjalanan ibadahnya harus dilandasi oleh keikhlasan dan selalu mengingat pemberian Allah.

Ia berhasil melalui jalan ini, kembali ibadah lagi. Pada saat itulah ia melihat dirinya tenggelam di samudera nikmat Allah yang bermacam-macam, meliputi taufik, penjagaan, dan lain sebagainya. Ia khawatir lupa bersyukur maka jatuh dalam kekufuran, lalu lengser dari martabat yang tinggi tadi yaitu martabat pelayan Allah yang Ikhlas. Dan hilang semua nikmat itu darinya. Untuk mengatasi ini, ia mulai bersyukur dan memuji Allah.

Setelah selesai melampai ini,  dan turun dari jalan ibadah yang penuh rintangan tadi, maka itulah sebenarnya yang ia cari selama ini, sekarang sudah dijumpai dihadapannya. Ia sudah tidak berjalan kecuali sedikit hingga jatuh dalam keluasan Tuhan, padang kerinduan dan cinta ilahi, ia teranugerahi dalam keadaan yang begini ini.
Lalu ia dipindahkan kepada kebaikan jiwa dan sesempurna-sempurnanya manusia dari alam fana ini ke hadirat ilahi dan tempat di taman syurga. Maka ia melihat bahwa dirinya yang lemah dan fakir, itu mempunyai Tuhan, dan disana ia ketemu dengan Tuhan, Setiap harinya ia berada dalam tambahan nikmat terus.

Kamis, 14 Januari 2010

DO'A KETIKA TERTIMPA MUSIBAH



“Sesungguhnya kami milik Allah dan kepadaNya kami akan kembali (di hari Kiamat). Ya Allah! Berilah pahala kepadaku dan gantilah untukku dengan yang lebih baik (dari musibahku).”( HR. Muslim 2/632 )
Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam bersabda: “tidak ada seorangpun yang tertimpa suatu musibah, kemudian ia mengucapkan : Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun, Allaahumma’jurnii fi mushiibatii wa akhlif lii khoiron minhaa (do’a di atas) kecuali Allah Ta’ala akan memberinya pahala dari musibah tersebut dan memberinya pengganti dengan yang lebih baik daripada musibah itu. [HR. Muslim]

Selasa, 05 Januari 2010

PERSAUDARAAN MUSLIM

KURINDU SAUDARAKU

"Seorang Muslim itu adalah saudaranya orang Muslim lainnya, janganlah ia menganiaya saudaranya itu, jangan pula menyerahkannya - kepada musuh. Barangsiapa memberikan pertolongan pada hajat saudaranya, maka Allah selalu memberikan pertolongan pada hajat orang itu. Dan barangsiapa melapangkan kepada seseorang Muslim akan satu kesusahannya, maka Allah akan melapangkan untuknya satu kesusahan dari sekian banyak kesusahan pada hari kiamat. Dan barangsiapa yang menutupi cela seseorang Muslim maka Allah akan menutupi celanya pada hari kiamat." (Muttafaq 'alaih)

"Sesungguhnya di sekitar Arasy terdapat mimbar-mimbar dari cahaya, dan di atas mimbar-mimbar tersebut terdapat orang-orang di mana pakaian mereka adalah cahaya, dan wajah mreka adalah cahaya. Mereka bukan nabi, dan bukan pula syuhada'. Para nabi, dan syuhada' iri kepada mereka." Ditanyakan kepada Rasulullah saw., "Wahai Rasulullah, sebutkan sifat-sifat mereka kepada kita." Rasulullah saw. bersabda, "Mereka saling mencintai karena Allah, saling duduk karena Allah, dan saling mengunjungi karena Allah." (Diriwayatkan An-Nasai. Hadits ini shahih).

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Justin Bieber, Gold Price in India