Sabtu, 15 September 2012

Biography Nabi Muhammad SAW : 22. Tahun-tahun Terakhir Rasulullah



Tak ada perang di Tabuk. Darah tidak jadi tumpah. Namun ekspedisi itu telah meninggalkan kesan mendalam di seluruh jazirah Arab. Keengganan Romawi untuk menghadapi tentara Muslim menjadikan pasukan Rasulullah saw. sebagai satu-satunya kekuatan nyata di jazirah Arab. “Romawi telah mengalahkan Persia. Mereka telah merebut kembali Salib Besar dan membawanya balik ke Yerusalem. Tapi Romawi takut pada tentara Rasulullah saw.” Demikian yang ada di benak kabilah-kabilah.
Maka, setelah ekspedisi Tabuk, kabilah demi kabilah berdatangan ke Madinah. Mereka menjumpai Rasulullah saw. untuk mengucapkan dua kalimat syahadat. Demikian juga tokoh-tokoh perorangan. Di antaranya adalah Urwa bin Mas’ud, tokoh masyarakat Thaqif. Ketika masyarakatnya bertempur di Hunain dan Ta’if melawan pasukan beliau, Urwa sedang berada di Yaman. Ia menyesali sikap masyarakatnya yang menolak Islam. Maka, sepulang dari Yaman, Urwa segera menemui Rasulullah saw.
Usai itu, Urwa pamit untuk pulang ke Ta’if. Ia berjanji akan membawa masyarakatnya untuk mengikuti jalan Allah. Rasulullah saw. sempat mengingatkan Urwa agar berhati-hati lantaran masyarakat Thaqif sangat fanatik pada berhala yang diberi nama Lath. beliau benar. Urwa mengajak masyarakatnya untuk salat, namun mereka malah membalasnya dengan menghujani anak panah. Urwa wafat.
Menjelang menghembuskan nafas terakhirnya, Urwa sempat berkata: “Kehormatan telah diberikan Tuhan kepadaku, Kesaksian Tuhan telah dilimpahkan kepadaku. Yang kualami ini sama dengan yang dialami para syhada yang berjuang di samping Rasulullah saw sebelum meninggalkan kita.”
Pembunuhan terhadap Urwa justru meresahkan masyarakatnya sendiri. Mereka menjadi merasa tidak aman. Hampir seluruh kabilah di sekeliling sekarang telah mengikuti seruan Rasulullah saw. Enam orang pemuka Thaqif kemudian menemui Rasulullah saw. dengan sangat cemas. Mereka khawatir atas balasan pihak Islam. Namun ternyata tidak, Rasulullah saw. memperlakukan mereka dengan baik.
Namun Rasulullah saw. tetap bersikap tegas terhadap tawaran yang mereka ajukan. Rasulullah saw. menolak permintaan agar orang-orang Ta’if dibolehkan untuk tidak menghancurkan patung Lath. Juga agar mereka dibebaskan dari kewajiban salat. “Sungguh tidak ada kebaikan dalam agama bila tanpa salat,” kata beliau. Satu-satunya permintaan yang dipenuhi hanyalah agar Lath dihancurkan oleh orang lain, dan bukan oleh tangan orang-orang Ta’if sendiri.
Abu Sufyan dan Mughira diminta Rasulullah saw. untuk melaksanakan tugas itu. Para perempuan Thaqif menangis saat Lath dihancurkan. Seluruh perhiasan yang menempel pada Lath diambil, dipakai untuk membayar utang Urwa dan Aswad. Kini habislah kekuatan Arab yang memusuhi Islam.
Rasulullah saw. terus bekerja untuk memantapkan keislaman masyarakat. Saat ibadah haji tiba, beliau juga tidak berangkat ke Mekah. Ia justru menugasi Abu Bakar untuk memimpin 300 orang jamaah. Rombongan itu telah berangkat ketika Rasulullah saw. meminta Ali bin Abu Thalib pergi menyusul. Ketika seluruh jamaah, baik yang Islam maupun orang-orang yang masih jahiliah yang datang dari seluruh penjuru jazirah Arab, berkumpul di Mina, Ali pun berdiri untuk pidato.
Dibacakannya ayat-ayat Qur’an surat At-Taubah, dari ayat 1 hingga 36. Pada prinsipnya, Ali menekankan empat hal. Pertama: seorang kafir tidak akan masuk surga. Kedua: setelah tahun itu “orang-orang musyrik” tidak dibolehkan menunaikan ibadah haji. Ketiga: tak boleh lagi melakukan tawaf dengan telanjang -sebuah praktek yang banyak terjadi sebelum masa Islam. Keempat: ikatan perjanjian dengan Rasulullah terus berlaku. Penegasan Rasulullah saw. yang disampaikan Ali ini mengawali masa pengkhususan untuk memasuki Mekah -apalagi wilayah ka’bah-hanya untuk orang Islam.
Sementara itu, di Madinah, kabilah demi kabilah mengirimkan utusannya untuk menemui Rasulullah saw. Tak pernah beliau menerima tamu sebanyak pada tahun-tahun terakhir. Utusan-utusan tersebut seluruhnya menyatakan bahwa kabilahnya telah menerima Islam sebagai agama yang utuh. Haekal menyebut bahwa Ibnu Sa’ad telah menulis masalah perutusan ini secara khusus dalam bukunya ‘At-tabakatul Kubra’. Begitu banyaknya utusan tersebut, sehingga Ibnu Sa’ad menghabiskan 50 halaman.
Namun, pada masa itu, Islam juga menghadapi tantangan baru. Yakni semakin banyaknya orang-orang munafik. Pada tahun-tahun itu, mencuat nama Musailamah al-Kazzab. Kemana-mana ia bahkan menyatakan diri sebagai Rasul. Ia mengarang syair-syair yang didakwakannya sebagai wahyu Tuhan. Di masa sekarang, apalagi abad-abad depan, Islam akan selalu berhadapan dengan Musailama-Musailama baru yang lebih lihai yang juga menyebut diri “membawa kebenaran” .
sumber : http://www.abdulkarimkhiaratullah.com

Artikel Terkait Lainnya :

CINTA RASUL
SEJARAH ISLAM


0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Justin Bieber, Gold Price in India