Sabtu, 15 September 2012

Biography Nabi Muhammad SAW : 20. Pembebasan Kota Makkah



Tanpa terasa masyarakat Islam menguat dengan sangat cepat. Di utara, di antara Syria dan Irak sekarang, masyarakat berbondong-bondong mengikuti Islam. Hal demikian semakin memerosotkan wibawa pemerintahan Romawi yang berkuasa di wilayah itu. Di jazirah Arab, justru tinggal masyarakat Mekah dan sekitarnya yang masih memusuhi Islam.
Namun, perubahan keadaan berlangsung dengan sangat cepat. Tanpa diduga, pihak Quraisy melanggar perjanjian damai mereka dengan kaum Muslim. Bani Bakar yang berada di pihak Qurais, tiba-tiba menyerang Bani Khuza’ah yang menurut perjanjian Hudaibiyah berada di pihak muslim.Beberapa orang Khuza’a tewas. Hal itu dilaporkan oleh pemuka masyarakat setempat, Budail bin Warqa kepada Rasulullah saw. di Madinah.
Abu Sofyan berupaya mencegah keberangkatan Budail. Namun terlambat. Ia juga berusaha menemui Rasulullah saw. di Madinah utuk membujuk beliau untuk mendiskusikan jalan keluar dari  perbuatan Bani Bakar tanpa harus memutuskan perjanjian. Tapi, tak satupun orang di Madinah bersedia membantu itu. Ummu Habibah, putri Abu Sofyan yang telah memeluk Islam, pun menolak mempertemukan ayahnya itu dengan Rasulullah saw. Pulanglah Abu Sofyan.
Perjanjian Hudaibiyah telah batal. Sekarang tak ada lagi larangan bagi Rasulullah saw. untuk mengerahkan pasukannya mengepung Mekah. Itulah yang beliau lakukan. Pasukan muslim disiagakan untuk perjalanan tersebut. Di tengah jalan, berbagai kabilah bergabung dengan mereka. Termasuk kabilah-kabilah dari Ghatafan yang dulu bersama Quraisy hendak menggempur Madinah di Perang Khandaq. Diperkirakan jumlah pasukan itu mencapai 10 ribu orang.
Kaum Quraisy masih berdebat ketika rombongan Rasulullah saw. hampir mencapai Mekah. Tak ada informasi apapun atas gerakan pasukan itu. Seorang muslim Madinah, Hatib bin Abu Balta’a, sempat membocorkan rencana tersebut lantaran tidak tega membayangkan nasib yang akan ditanggung para saudaranya di Mekah. Namun Ali dan Zubair dapat mengejar Sarah, perempuan yang dititipi surat tersebut.
Di dekat Mekah, di Maraz Zahran, rombongan Rasulullah saw. berhenti. Di sana, beberapa orang kerabatnya dari Bani Hasyim, mendatangi Rasulullah saw. dan menyatakan diri masuk Islam. Paman Rasulullah saw., Abbas bin Abdul Muthalib, juga datang untuk mencegah terjadinya banjir darah. Abbas sempat mondar-mandir di antara kedua kubu, sebelum kemudian memergoki Abu Sufyan bin Harb. Pemimpin tertinggi Quraisy itu lalu dibawanya pada Rasulullah saw.
Malam itu Rasulullah saw. tidak menemui Abu Sufyan. Namun ia berpesan agar musuh besarnya tersebut dilindungi keselamatannya hingga pertemuan esok harinya. Dalam pertemuan itu, Rasulullah saw. berjanji untuk tidak memerangi Qurais. “Barangsiapa datang ke rumah Abu Sufyan, orang itu selamat. Barang siapa menutup pintu rumahnya, orang itu selamat. Barangsiapa masuk ke dalam masjid (lingkungan ka’bah), orang itu selamat.” Pada prinsipnya, siapa yang tidak mengangkat senjata pada kaum muslimin, mereka tidak akan diperangi.
Toh Rasulullah saw. tetap bersiaga seandainya pecah perang. Pasukan elit yang mengenakan pakaian serba hijau dan berbaju zirah telah mengelilingi Rasulullah saw. Empat regu pasukan disiapkan. Masing-masing dipimpin oleh Khalid bin Walid, Zubair bin Awwam, Sa’ad bin Ubadah serta Abu Ubaidah bin Jarrah. Mereka bersiap memasuki Mekah dari arah yang berbeda.
Sa’ad bin Ubadah sempat berbuat keliru. Ketika memasuki Mekah, Sa’ad berteriak: “Hari ini adalah hari perang. Hari dibolehkannya segala yang terlarang…” Seruan yang bertolak belakang dengan janji Rasulullah saw. untuk memasuki Mekah secara damai. Rasulullah saw. segera merebut bendera komando dari tangan Sa’ad dan menyerahkannya pada Qais, anak Sa’ad yang sekalipun berbadan besar namun lembut hati.
Namun, dari arah belakang tiba-tiba pasukan Ikrima bin Abu Jahal tiba-tiba menyerang. Khalid menghadapi serangan tersebut. Tiga belas orang Quraisy tewas, sisanya -termasuk Ikrima-melarikan diri. Sementara itu, di Mekah tak setetes pun darah mengalir karena serbuan kaum Muslimin. Rasulullah saw. masuk Mekah dari Bukit Hind, tak jauh dari makam Khadijah, istrinya.
Beliau berhenti sebentar di kemah lengkung yang ada di situ, dan melepas pandangan ke seluruh penjuru Mekah. Rasulullah saw. pergi ke ka’bah, menyentuh hajar aswad dan mengelilingi ka’bah untuk bertawaf. Beliau juga meminta Utsman bin Talhah untuk membuka pintu ka’bah. Di pintu itu ia berdiri dan berkhutbah di hadapan hadirin.
Beliau, dalam khutbahnya, mengutip Quran surat Al-Hujurat ayat tiga belas. “Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan menjadikanmu bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar saling mengenal. Sesungguhnya orang paling mulia di antaramu menurut pandangan Allah adalah yang paling bertakwa. Sungguh Allah Maha Mengetahui dan Maha Mengerti.”
Ketika orang Quraisy tengah menunggu-nunggu hukuman apa yang bakal dijatuhkan bagi mereka, Rasulullah saw. justru berkata: “Fadzhabu, faantumut-thulaqau. “—Pergilah, kalian bebas. Tujuh belas orang tokoh yang dianggap paling makar telah dijatuhi hukuman mati. Namun ada juga yang diampuni, termasuk Hindun, istri Abu Sufyan yang telah merobek dada serta memakan jantung Hamzah dalam perang Uhud. Hanya empat orang yang telanjur telah dieksekusi.
Rasulullah saw. kemudian meminta orang-orang untuk menyingkirkan patung-patung di sekitar ka’bah. Setelah itu, Bilal menyeru azab lima kali dalam sehari. Sejak itulah azan tak pernah berhenti berkumandang dari tempat yang kini menjadi Masjidil Haram di Mekah itu, sampai sekarang.

Artikel Terkait Lainnya :

SEJARAH ISLAM
CINTA RASUL


0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Justin Bieber, Gold Price in India