Jumat, 07 September 2012

Lima Model Menyelesaikan Konflik Suami Isteri



Pada pasangan yang sudah menikah, konflik merupakan hal biasa terjadi (Sears dkk, 1985). Bahkan penelitian yang dilakukan oleh Gurin menyimpulkan bahwa konflik mesti terjadi dalam kehidupan pernikahan. Sebanyak 45 % responden menyatakan bahwa setelah menikah mereka selalu dilanda konflik, sedangkan 32 % responden yang menyatakan bahwa kehidupan pernikahan mereka harmonis, juga menyatakan sering mengalami konflik.
Ditinjaui dari intensitas kecenderungan laki-laki dan perempuan untuk terlibat dalam suatu lingkaran konflik rumah tangga, maka perempuan cenderung lebih rentan mengalami konflik. Menurut Eva dan Basti (2008), hal ini disebabkan perempuan ketika telah menikah sanggup untuk menyerahkan diri secara total pada pasangannya. Inilah yang mendorong mereka untuk mengorientasikan segenap perhatiannya dalam menjaga dan mempertahankan kehidupan rumah tangga. Dampaknya, perempuan lebih mudah didominasi oleh prasangka dan perasaan curiga dan pada akhirnya memicu munculnya konflik dengan suami.
Menurut Firtzpatrick, ada empat model penyelesaian konflik antara suami dengan isteri, yaitu menghindari konflik, mengalah, diskusi dan kompetensi. Saya menambahkan model kelima, yaitu melupakan.
Model Menghindari Konflik Berlanjut
Yang dimaksud adalah perilaku suami dan isteri yang berusaha untuk mengalihkan perhatian atau mengalihkan pembicaraan kepada tema yang lain, apabila pembicaraan di antara m,ereka sudah mulai mengarah kepada terjadinya konflik. Misalnya, sepasang suami isteri tengah dilanda konflik mengenai pola pendidikan anak mereka. Ada perbedaan yang sangat mencolok dalam pendidikan anak yang mereka yakini.
Setiap kali berbicara tentang pendidikan anak, emosi masing-masing langsung bangkit dan mulai terjadi konlik lanjutan dari konflik yang sudah ada sebelumnya. Metoda ini dilakukan dengan jalan mengalihkan perhatian atau mengalihkan bahan pembicaraan sehingga tidak menyangkut wilayah sensitif yang bisa membuat mereka terlibat konflik.
Tentu saja suatu saat nanti mereka harus menemukan kesepakatan tentang pola pendidikan anak, namun harus dilakukan dalam suasana yang nyaman den tenang, bukan emosional. Mereka perlu mencario waktu khusus untuk menyelesaikan persoalan perbedaan pendapat tentang pendidikan anak tersebut. Namun untuk sementara waktu, mereka bisa mengalihkan pembicaraan terlebih dulu untuk menghindarkan dari konflik harian.
Model Mengalah
Metoda mengalah ini dilakukan dengan jalan salah satu pihak atau kedua belah pihak mengalah tanpa harus berusaha mencari penyelesaian masalah yang sedang terjadi di antara mereka, Jika konflik mulai menyulut dan tidak ada yang mau mengalah, akan menyebabkan konflik terus berkembang tanpa segera ada penyelesaian. Maka mengalah adalah metode yang sederhana dan simpel, dan tidak memerlukan logika atau pembenaran yang rumit dalam penyelesaian konflik. Yang diperlukan hanyalah kesediaan untuk menundukkan ego dan mengalah demi kebaikan keluarga.
Namun metode mengalah ini harus disertai kesepakatan kedua belah pihak, bahwa mereka tidak saling memanfaatkan sikap mengalah pasangan tersebut untuk mengulang kesalahan atau konflik yang sama. Yang lebih bagus adalah ketika kedua belah pihak bersedia berlomba mengalah demi kebaikan hubungan dengan pasangan. Tidak perlu memperpanjang diskusi tentang siap benar dan siapa salah, tidak perlu saling menyalahkan, namun cukup dengan saling mengalah.
Metode mengalah ini tepat dilakukan untuk menyelesaikan konflik yang terkait dengan persoalan pribadi, seperti ketersinggungan, komunikasi yang tidak nyaman, prasangka yang tidak disertai data, dan lain sebagainya. Urusannya hanya kepada harga diri suami atau isteri, perasaan tersinggung secara pribadi dari suami atau isteri, dan seterusnya. Mengalah tidak akan menyebabkan seseorang jatuh wibawanya.
Model Diskusi
Cara lain adalah dengan diskusi antara suami dan isteri untuk mencari alternatif penyelesaian masalah yang paling memuaskan dan paling diterima oleh mereka berdua. Suami dan isteri harus menyempatkan waktu berduaan, dalam suasana yang tepat dan kondisi yang nyaman. Mereka berdua duduk untuk membahas akar persoalan dan mencari jalan penyelesaian yang bisa diterima oleh kedua belah pihak.
Metode diskusi ini tepat untuk menyelesaikan konflik yang terkait dengan sesuatu yang bersifat strategis dan berjangka panjang. Misalnya saja konflik yang bermula dari prinsip dan keyakinan hidup, tentang pendidikan anak, tentang memilih tempat tinggal atau rumah, dan lain sebagainya. Keputusan tentang hal-hal tersebut bersifat strategis dan berjangka panjang, karena akan menentukan kebaikan keluarga tersebut selama hidupnya. Atau untuk menyelesaikan konflik yang melibatkan orang ketiga, sehingga perlu kesepakatan bagaimana menghadapi pihak ketiga tersebut.
Model Kompetensi
Salah satu pihak dari suami atau isteri mengerahkan kompetensinya untuk mencari solusi, kemudian mengajak pasangannya untuk menyelesaikan masalah dengan cara yang telah ditemukannya. Cara mengajak pasangan ini bisa dengan membujuk, merayu, mengiba, atau bahkan dalam contoh kasus tertentu memaksa, agar bersedia menyelesaikan masalah dengan caranya.
Model ini biasa terjadi pada pasangan suami isteri dimana salah satu di antara mereka bersifat sangat dominan, sehingga terbiasa menentukan keputusan dengan caranya sendiri dan mengajak pasangannya untuk mengikuti cara yang diinginkan. Misalnya seorang suami yang domninan dan powerful, terbiasa mengambil keputusan sendiri tanpa melibatkan sang isteri, maka ketika terjadi konflik, suami ini cenderung memaksa sang isteri untuk mengikuti caranya dalam menyelesaikan konflik. Masalah bisa selesai sesaat, namun bisa menimbulkan tumpukan ketidaknyamanan isteri dalam waktu yang panjang.
Model Melupakan
Suami dan isteri bersepakat untuk melupakan saja konflik yang sedang mereka hadapi. Metode ini bisa efektif apabila telah terjadi komunikasi dan hubungan yang harmonis dalam kehidupan sehari-hari antara suami dengan isteri, sehingga mereka saling merelakan dan saling bersepakat untuk melupakan masalah dan tidak mengungkitnya lagi. Apabila tidak ada kesepakatan dari kedua belah untuk saling melupakan, maka metode ini tidak efektif.
Jika telah bersepakat melupakan, maka tidak boleh ada pihak yang mengungkitnya lagi di kemudian hari. Melupakan artinya memaafkan, dan memaafkan artinya melupakan. Jika masih mengingat dan mengungkit masalah tersebut, berarti belum melupakan dan belum memaafkan. Model melupakan ini menjadi senjata yang ampuh dan praktis, jika telah ada saling kepahaman, saling pengertian, saling menjaga antara suami dengan isteri. Secara umum kehidupan mereka baik dan harmonis saja, tidak saling melukai dan tidak saling mengkhianati.
Dalam kondisi keharmoniosan keluarga, masih tetap dijumpai konflik dan permasalahan. Maka melupakan adalah langkah yang praktis dan mudah dilakukan oleh suami dan isteri.
Kelima model tersebut, dan model-moidel lainnya dalam penyelesaian konflik suami isteri, bisa bersifat pilihan, bisa pula bersifat komibinasi. Tergantung suasana, kondisi dan situasi hubungan antara suami dan isteri. Namun yang paling penting adalah itikad baik dari kedua belah pihak untuk menyelesaikan masalah dan menguatkan keharmonisan keluarga. Mungkin slogan Pegadaian tepat untuk dijadikan rujukan suami dan isteri dalam menyelesaikan konflik, “Menyelesaikan masalah tanpa masalah”.
Bacaan :
David O. Sears, Jonathan L. Freedman, L. Anne Peplau, Psikologi Sosial, Erlangga, Jakarta, 1985
Eva Meizara Puspita Dewi dan Basti, Konflik Perkawinan dan Model Penyelesaian Konflik pada Pasangan Suami Isteri, Jurnal Psikologi, Vol 2, No 1, Desember 2008
baitijannahti.com

Artikel Terkait Lainnya :



0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Justin Bieber, Gold Price in India